Rabu, 30 Januari 2013

komunitas punk indonesia



berbekal etika diy, beberapa komunitas punk di kota-kota besar di indonesia seperti jakarta, bandung, yogyakarta, dan malang merintis usaha rekaman dan distribusi terbatas. mereka membuat label rekaman sendiri untuk menaungi band-band sealiran sekaligus mendistribusikannya ke pasaran. kemudian usaha ini berkembang menjadi semacam toko kecil yang lazim disebut distro.
cd dan kaset tidak lagi menjadi satu-satunya barang dagangan. mereka juga memproduksi dan mendistribusikan t-shirt, aksesori, buku dan majalah, poster, serta jasa tindik (piercing) dan tatoo. seluruh produk dijual terbatas dan dengan harga yang amat terjangkau. dalam kerangka filosofi punk, distro adalah implementasi perlawanan terhadap perilaku konsumtif anak muda pemuja levi’s, adidas, nike, calvin klein, dan barang bermerek luar negeri lainnya.
di bandung sendiri, oi! dimulai pertengahan 90-an diawali dengan runtah. ketika terjadi booming ska di indonesia, bermunculan banyak skinhead, entah mereka hanya poseurs, trendy wankers ataupun a true skinhead itselfs. seiring dengan “mati”-nya tren ska karena dihantam secara dahsyat oleh major label, maka menghilang pulalah skinhead. tapi ingat, setiap hilangnya suatu tren bukan berarti hilang pula sub-budaya yang tercipta atau terbawa oleh trend tersebut. walaupun sedikit, tapi skinhead di indonesia, di bandung khususnya still going strong and getting bigger. ada beberapa organisasi skinhead di dunia yang masuk ke indonesia. antara lain adalah red anarchist skinhead dan skinhead against racial prejudice. bahkan neo-nazi skinhead sendiri ada di negara kulit berwarna seperti indonesia ini. beberapa gelintir skinhead rasis ini terlihat di bandung dan jakarta. di yogyakarta para skinhead umumnya sudah mengerti asal muasal sub-budaya ini. di yogyakarta beberapa band skinhead memainkan ska selain oi! dan hardcore.
sampai saat ini sudah banyak sekali band oi! di bandung, seperti haircuts, rentenir, battle 98, the real enemy, sanfranskins, one voice, oppressionhead, blontong bois, dan banyak lagi. karena gelombang skinhead rasis yang mulai meresahkan maka beberapa skinhead non-rasis dan anti rasis dari beberapa band oi! di bandung , membuat sebuah band bernama combat 34 yang sangat anti rasis, nama band ini adalah ejekan untuk skinhead rasis di jakarta yg menamakan diri combat 18 indonesia, lagu-lagu mereka bercerita tentang apa gunanya jadi rasis di indonesia, ajakan berkelahi untuk para skinhead rasis, dan pastinya juga tentang sepak bola, perkelahian di jalan, dengan moto mereka “sometimes anti-social but always anti-racist”. band-band tadi sudah merilis beberapa kompilasi dan mini album di bawah naungan united races records. skinhead di bandung sering terlihat di workers store di gedung miramar lantai dasar sebelah palaguna. sekarang gd. miramar ini sudah tidak ada, dan kita dapat menemui mereka di p.i. (pasar induk: sebutan untuk mal pertama di bandung) yang berlokasi di belakang mal bandung indah plaza.
di kota pelajar yogyakarta, disini ada banyak band2 oi!/streetpunk, mereka masing2 memiliki ciri yang berbeda antar bandnya, seperti captain oi!, sardonic, dom 65, elang bondol, selokan mataram, bala nusantara dan masih banyak lagi, selain banyak yang sudah bubar, beberapa band ini berada di bawah naungan realino records, ruckson music (milik salah satu personel dom 65), unite n strong. skinhead di yogyakarta dapat ditemui di daerah jalan mataram. ada beberapa album baik full ataupun kompilasi yang telah beredar.
di jakarta sendiri scene skinhead cukup berkembang dengan baik. kita dapat menemui banyak skinhead di seputaran kota ini. mulai dari trad skins, sharp skins, sampai yang rasis pun ada. band-band oi! asal jakarta antara lain adalah the end, anti-squad, garuda botak, the gross, the bretel, dan lainnya.
begitu pula di denpasar bali, komunitas skinhead begitu berkembang pesat, ini dibuktikan dengan munculnya beberapa band oi! seperti misalnya the resistance, paku 5, metro mini, bootbois, the stomper, the bois dan masih banyak lagi. saat ini komunitas skinhead di denpasar berpusat pada sebuah tempat di daerah seputaran jalan imam bonjol yaitu sebuah warnet yang oleh pemiliknya diberi nama “skinet” yang mempunyai arti skinhead network, disinilah para komunitas skinhead di bali berkumpul.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar